Menarik ketika pencapaian pemahaman tentang sesuatu yang
tidak akan dimiliki, sejauh apapun itu usaha dan doa. Tapinya kita masih saja
merasakan sakit dan tetap saja tidak bisa memaksakan senyum. Terasa seperti
kemauan Allah sekuat kemauan w tapi dalam konteks yang beralawanan. Dan ketidaktermilikian
itu tetap saja mengganggu.
Sejak dulu w selalu berfikir, ujian berat yang w pikul adalah
tentang perasaan w atas asmara2 kehidupan yang tidak menyenangkan ini. Lama2 w
kek Cu Pat Kai beneran nih, Hasyeeem
Lo tau kan, sambil menerawang ke langit, menggerakan jarinya
dengan perut buncit dan muka nya yang jelek tapi ngerasa ganteng itu dia
berkata
“Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir”
Ngeeeeek!!!!
Rasanya siapapun yang w inginkan dengan serius, tidak pernah
terwujud.
Dan sekarang w sedang merasakan ketidakjelasan dalam diri w hwokwokwowkwo
Namanya hati, Allah menganugerahkan perasaan ini ke w. Entah bagaimana
menyikapinya, mensyukurinya kah [ini sih berat] menganggap ini ujian yang
sangat teramat berbahaya.
W sudah bersabar kan crut, 4 tahunan memendam semuanya
meskipun w menunjukan dengan sikap, tapi apa artinya sikap jika w gak pernah
ngomong kalo w suka sama dia. Ya kan?
Setahun temenan, dia punya pacar yang selalu dia banggakan.
Lalu w? nungguin mereka putus? Hellow, dia aja nungguin pacarnya selesai
kuliah, hwkwkwk
Dari awal pacarnya kuliah sampai pacarnya lulus, sampe
sekarang lagi koas.
Bagaimana mungkin, manusia berandalan kek w bisa ngalahin Wanita
baik2 dari keluarga terhormat dan terjaga, Wanita pintar dan ahli ibadah, calon
dokter, sosok sempurna menjadi calon ibu rumah tangga. Jika dia berlian maka w
hanya batu kerikil jalanan yang pernah mengalami terinjak2 roda kehidupan, yang
bertahan meski hancur lebur.
Paham kan? Kenapa w tak pernah mampu dan tak peduli betapa
besar ukuran perasaanku, itu hanya sia2, tapinya rasa itu ada…
Menyiksa dan Bersama w setiap hari, lalu w gak melakukan apa2
crut, w masih mencoba memahami semuanya.
Belajar menyederhanakan pikiran dan perasaan w sebisa
mungkin, sedikit demi sedikit, w hanya ingin belajar menganggap semua “BIASA
SAJA”
Kadang w merasa dia menyakiti w dengan kata2 nya, dia bilang
w selalu punya persepsi sendiri, sedangkan w merasa wajar orang yang sudah
melalui hal2 tidak menyenangkan dalam hidup ini cukup complex merespon sesuatu.
Dia tidak peduli apa yang pernah w alami, mmmm dia tidak tau banyak. Dia
menganggap w senormal biasa manusia, tidak lebih, tidak istimewa. Bila perlu
terlihat bodoh, memuakkan, cengeng, lemah, tidak memiliki intelektual dan sama
sekali tidak menarik. Buku kumal yang tidak perlu di abaca karena dia tidak
suka membaca buku yang tidak penting. %@!*#$)!_*^^><*&@!*^%E#$@!-------------------------------
Komentar
Posting Komentar